PASAR MALING atau PASAR MURAH KOTA SEMARANG


Sebutan Pasar Maling (PM), yang beberapa tahun belakangan berubah menjadi Pasar Murah, tentu sudah tidak asing bagi masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya. Apalagi letaknya yang menjadi satu dengan Pasar Johar, sangat memudahkan untuk mengingatnya. Inilah tempat tujuan jalan-jalan yang mengasyikkan di akhir pekan, untuk berburu aneka barang kebutuhan berkualitas dengan harga miring.

Mendengar nama atau sebutan Pasar Maling atau PM, pasti akan langsung terbayang sebuah pasar yang menjual barang-barang curian atau kalau di luar negeri disebut black market. Anggapan semacam itu tidaklah salah. Apalagi kalau sudah mengenal pasar ini sejak lama.

Namun seiring perjalanan waktu, ditunjang dengan kesadaran hukum para pedagangnya, lambat laun imej tentang pasar yang menyediakan barang-barang curian juga ikut terhapus. Dan yang pasti, kini pasar ini ternyata tidaklah seburuk namanya.

Pada kisaran tahun 80-an hingga 90-an, pasar ini pernah berjaya dengan perdagangan barang-barang hasil curian. Mulai dari sepatu, pakaian, raket dan barang-barang elektronik.

Tapi itu dulu. Sekarang PM sudah berbenah. Kesadaran para pedagang untuk tidak lagi berurusan dengan aparat keamanan menjadi alasan utama. Tuduhan sebagai penadah barang curian, akan membuat mereka kehilangan kesempatan untuk berdagang karena waktu tersita habis untuk pemeriksaan. Ujung-ujungnya pedagang merugi, padahal laba yang diperoleh tidak jauh beda dengan saat mereka berdagang barang halal.

Perubahan Citra, Kisaran tahun 1990 menjadi tonggak kebangkitan dan perubahan citra Pasar Maling. Kebiasaan buruk ditinggalkan, dan kini yang ada hanyalah sebuah pasar yang bernama PM yang bisa diartikan Pasar Maling, Pasar Murah, atau Pasar Malam. Produk yang ditawarkan masih sama, namun selain harga yang murah, masih ada keuntungan lain yang bisa didapatkan bila berbelanja di pasar ini. Yakni, pembeli bisa mendapatkan barang-barang bekas pakai dengan kualitas oke. Dan tentu saja, dengan harga miring dan bisa digoyang.

Di sini bisa diperoleh raket, pakaian, sepatu, gitar, bahkan topi laken mirip yang digunakan para koboi. Semuanya merupakan barang second hand yang menurut pedagangnya baru digunakan pemiliknya beberapa kali. Namun karena bosan dan ingin ganti mode, mereka menjualnya untuk diganti dengan model terbaru.

Nama Pasar Maling sendiri, menurut Kepala Cabang Pasar Johar Sugiman Haryono, bermula pada tahun 1960-an saat para pedagang yang menggelar dagangannya di pinggiran Pasar Yaik pada malam hari. Saat itu mulai dipakai istilah PM atau Pasar Malam. Seiring dengan berjalannya waktu dan mungkin juga untuk mempermudah penyebutan, muncullah istilah Pasar Maling.

Tempat Favorit, PM saat ini menjadi salah satu tempat favorit bagi masyarakat Semarang untuk berbelanja. Pada akhir pekan, biasanya pasar ini ramai dikunjungi masyarakat, entah itu tua maupun muda. Produk yang ditawarkan pun kian beragam, mulai dari kaos olahraga, gitar, raket, sepatu bola, sepatu futsal, sepatu tenis, sepatu kasual, dan perlengkapan olahraga lainnya.

Pasar ini sering diburu karena harga yang ditawarkan tempat ini relatif lebih murah dari barang yang dijual di toko, meskipun wujud dan bentuk barang tersebut sama. Diakui pedagang pasar yang berada di sebelah selatan lantai atas dan menyatu dengan pasar Johar ini, barang-barang yang ada di pasar ini sekarang juga banyak barang-barang baru dengan harga miring.

Pasar ini tak pernah sepi, setiap hari selalu dipadati pembeli. Iwan (30) misalnya, salah satu pelanggan tetap pasar maling mengaku puas dengan barang-barang yang ada di pasar ini. “Meski sekarang namanya sudah pasar murah, tapi saya sendiri menyebutnya tetap pasar maling, karena semua orang Semarang pasti sudah tau kalau barang-barangnya bagus. Nggak kalah kok sama di mal atau swalayan-swalayan. Yang jelas, harganya juga miring. Bisa nego”. ujar Iwan sembari memilih-milih barang yang menjadi incarannya.

Barang-barang yang ada di PM tidak hanya diburu kaum Adam, kaum Hawa pun tak ketinggalan. Lani (22), mahasiswi perguruan tinggi dari luar Semarang ini pun tertarik dan menjadikan PM sebagai salah satu tempat belanja yang mengasyikkan baginya. “Saya tahu pasar maling ini dari teman kampus yang kebetulan orang Semarang asli. Barang-barangnya bagus, harganya terjangkau,” beber gadis asal Jakarta ini.

Tidak dapat dipungkiri bahwa hal inilah yang menjadikan PM alias Pasar Maling atau Pasar Murah diminati warga Semarang dan sekitarnya untuk berbelanja. Bahkan, konon mantan Gubernur DKI Jakarta, Soetiyoso semasa masih tinggal di Semarang, sering membeli barang-barang di PM.

Saat ini, los PM dihuni sekitar 250 pedagang yang mayoritas berasal dari luar kota Semarang, seperti Boyolali dan Klaten. Pedagang yang asli Semarang bisa dihitung dengan jari. Sedangkan konsumennya rata-rata anak-anak muda, karena barang-barang yang ditawarkan selalu mengikuti tren dengan harga yang sangat terjangkau.

Tinggalkan komentar